Bersiap taraweh di roof top Al Haram-Mekah
Menjalani ibadah puasa di Saudi Arabia sungguh cobaan yang sangat berat. Saya harus berpuasa kurang lebih dari jam 4:00 pagi sampai jam 19:00an, belum lagi cuaca yang begitu terik yang kadang menyentuh 45 derajat celcius menjelang siang hari bahkan pernah suatu ketika 47-50 derajat di puncak siang. Setiap hari saya hanya sahur seadanya dari dermawan dijalanan yang isinya hanya kurma, roti, yoghurt dan air mineral. Terkadang ada juga yang membagikan nasi briyani, namun sangat jarang. Belum lagi buka puasa hanya kurma dan air zam-zam, paling bagus ya itu tadi menu harian 'roti dan yoghurt serta juice botolan'.
Karena teman saya menbawa rice cooker kecil, kadang kami masak nasi dengan lauk yang kami bawa dari rumah masing-masing. Tapi berbuka dan sahur di kamar hotel tidak seindah berbuka bersama di masjid ataupun dijalanan, alhasil saya seringnya melewatkan hal ini.

MADINAH ALMUNAWWARAH
Saat mendekati azan maghrib, disetiap sudut jalanan banyak sekali dermawan yang membagi-bagikan makanan, bahkan di setiap selang 1-2 meter. Jadi tidak usah khawatir soal makanan, kadang meski sudah membawa bungkusan pun, pasti akan dicegat dan dikasih lagi. Tidak perlu berebutan ataupun antri, semua datang dengan sendirinya.

Di sudut-sudut jalan banyak gelaran-gelaran berbuka puasa bersama, biasanya mereka akan memanggil kita untuk bergabung. Saya lebih suka bergabung di pelataran Masjid Nabawi, lebih syahdu dan tenang. Jika ingin berbuka di dalam masjid, tetaplah di dalam masjid setelah shalat ashar, jika tidak biasanya akan penuh.
Berbuka bersama di pelataran Masjid Nabawi memberikan nuansa kebersamaan yang begitu kental. Siapapun yang masuk ke area pelataran, akan digiring menuju barisan-barisan panjang di mana terdapat orang yang duduk saling berhadapan dan ditengahnya terdapat hamparan plastik.

Menu nya? Es buah? Jauhkan pikiran itu. Biji salak? Orang arab pasti gak bisa membuatnya. Kolak? Ini apalagi, coret meski dalam bayang-bayang. Sirop? Gak ada pohon tebu di Saudi. Es cendol? Duh, ribet bangat membuatnya, gak ada kelapa pula buat santannya. Lah terus? Ya kurma lah, apalagi!!.
selain shalat berjamaah, tiduran juga berjamaah di Nabawi

Berbuka bersama di pinggiran Nabawi

dermawan membagikan makanan berbuka puasa

Kurma, roti, air zam-zam dan yoghurt. Itulah yang saya makan saat berbuka hari ini, esok, lusa dan esok lusa. Gak bosen? Bosan sih tidak tapi masih lapar nya yang pasti. Biasanya setelah sholat maghrib, saya akan pergi ke kantin atau sesekali kembali ke hotel menyantap nasi dan lauk pauk ala kadar nya. Jeda antara Maghrib ke Isya di Saudi sekitar 2jam. Jadi baru pukul 21:00an Isya dan kemudian taraweh dilaksanakan. Jadi ada banyak waktu untuk bersantap besar ataupun istirahat sebentar di hotel.
Shawarma

Entah apa namanya, saya bilangnya acar arab

kantin di Madinah
Madinah itu tenang dan damai, seramai apapun orang-orang, semua seakan berjalan tertib dan teratur. Bahkan orang-orang pun saling memberi dan mengajak setengah memaksa bergabung jika tiba waktunya berbuka puasa.

Saat santap sahur tiba, kembali para dermawan membagi-bagikan menu sahur layaknya saat akan berbuka puasa. Ada yang berkeliling dengan menggunakan mobil pick up bak terbuka, mobil pribadi, berjalan kaki dan adapula yang memakai gerobak. Ah, banyak sekali ya pahala mereka sepertinya.
Lain di Madinah beda di Mekah. Di Mekah tidak setertib Madinah, untuk dapat pembagian makanan saja kadang harus antri dan berebutan. Saya seperti tidak dapat merasakan kekhidmatan.

MEKAH ALMUKARRAMAH
Al Haram, 45 derajat celcius menjelang tengah hari
Pelataran Al Haram begitu semwrawut bertebaran gerombolan-gerombolan manusia berbagai etnis. Tidak ada petugas yang mengatur dan mempersilahkan saya untuk bergabung berbuka puasa, pun tidak ada barisan-barisan rapi yang dipisahkan antara laki-laki, perempuan dan khusus keluargayang membawa anak-anak. Yah, saya rindu Madinah.

Entah karena begitu banyaknya orang sehingga sulit untuk di atur atau memang tidak ada moment-moment berbuka puasa seperti layaknya di Madinah. Semua terkesan sendiri-sendiri dan bergerombol antar sesama teman dan keluarga. Tidak beraturan, semua main ndeprok di manapun suka. Tidak hanya di pelataran namun di beberapa area seperti tempat sa'i. Hanya di dalam Alharam lah terdapat gelaran plastik memanjang itupun hanya beberapa buah kurma dan segelas air zam-zam. Tidak ada roti, tanpa yoghurt dan boro-boro juice botolan.

Selain karena sunnah nabi, sudah menjadi kebiasaan orang arab jika berbuka pasti dengan santai melahap kurma terlebih dahulu, kemudian minum teh hangat sedikit-sedikit, dilanjutkan dengan kurma lagi dan air zam-zam. Sementara saya? Glek..glek..glek, kalap dengan air zam-zam. Satu gelas gak cukup bahkan kadang sampai 3-4 gelas baru kemudian kurma. Tuhan, betapa saya menginginkan kolak dan biji salak rasanya setelah dahaga itu sirna.

Menu minimalist berbuka puasa di Alharam-Mekah
Tidak hanya dermawan yang datang dengan mobil nya berbagi penganan untuk berbuka puasa, di mana untuk mendapatkannya saja harus antri dan kadang berebutan. Namun banyak sekali yang mengulurkan tangan di setiap jengkal langkah menuju Alharam. Nasi? Jangan berhalusinasi. Roti? Kadang ada kadang tidak. Yoghurt dan juice botolan? Kalau lagi beruntung, ya dapat. Kurma? Berlimpah!!. Berpestalah dengan kurma berbagai jenis jika sudah di Mekah. Kurma lembek, agak keras bahkan yang terasa begitu keringpun ada. Dan satu lagi mungkin yang tidak saya temukan di Madinah tapi ada di Mekah, yakni teh arab. Jika ada orang yang berdiri memegang sebuah teko, itulah dia yang membagikannya. Saya tidak begitu suka karena rasanya agak pahit dan aneh dilidah.

kalo lagi lapar bangat, nambah beli "broast"

Yang lucu di Mekah ini adalah saat-saat setelah berbuka puasa. Mendadak terjadi kerusuhan. Para petugas kebersihan berlarian membersihkan sisa-sisa sampah yang bertebaran seperti habis perang makanan. Ada yang berteriak-teriak mengusir orang-orang, ada yang mengeruk-ngeruk sampahnya, ada yang nyiramin lantainya dan ada yang mengeringkan dengan sebuah mobil. Lah, lucu nya di mana?. Ya orang-orangnya yang lucu. Ada yang anteng makan meski petugas bergegas membersihkan, ada yang berlarian lewat meski di halau petugas, ada yang tetep selfie berfoto-foto, ada yang berjalan santai damai dan akhirnya ke tabrak mobil pembersih bahkan ada yang terjatuh keserimpet dan licin. Ya Allah, pada minggir dulu kek ya.

Memang di saat setelah berbuka puasa adalah masa paling berat para petugas kebersihan. Di saat orang lain masih asyik makan, mereka harus siap bertempur lagi hanya dalam beberapa menit ke depan sebelum panggilan qamat sholat maghrib berkumandang. Lucunya lagi, mereka berlarian di dalam bentangan sebuah tali bergerak ke sana kemari sambil berteriak-teriak menghalau orang-orang. Tak mau minggir? Siap-siap saja kecipratan busa bercampur air keruh sisa makanan.

SHALAT TARAWEH BERJAMAAH
bersantai setelah taraweh usai
 Sholat taraweh berjamaah baik di Masjid Nabawi maupun Masjidil Haram terdiri dari 21 rakaat dengan sekali jeda setelah rakaat 10 untuk berganti imam. Lamanya? Ya sekitar 2 jam dari jam 21:30an sampai 23:30an. Setelah 10 rakaat banyak juga yang kabur (ambil 11 rakaat). Persis seperti yang dilihat di tv, bacaan imamnya panjang-panjang namun gak berasa saking merdu nya. Imam favorite saya adalah Imam Masjidil Haram Syeikh Maher AlMuaqely dan Syeikh Juhany. Keduanya seringkali berduet maut yang membuat saya merinding dibeberapa ayat yang dilantukan mereka. Kemerduannya mengalahkan para biduan sekalipun.

Sesepuh imam Alharam lainnya syeikh Sudais, tapi saya kurang begitu suka karena di beberapa part beliau suka menangis. Mungkin karena ayat yang sedang dibaca mengandung arti yang dalam buat beliau tapi saya merasa kok beliau seperti mengajak jamaah menangis tapi saya tidak bisa ikut menangis.

Malam-malam di Mekah terasa begitu megah saat taraweh dilaksanakan. Dahulu saya selalu takjub manakala melihat tayangan di televisi dan sekarang saya menjadi bagian daripada orang-orang yang di sorot televisi itu. Di sela-sela jeda setiap rakaat, terkadang saya menatap langit dan berharap ada cahaya atau kerlip bintang nun jauh di sana mengedipkan secercah harapan dari Tuhan, Selamat datang di tempat tertinggi di muka bumi.

Saat rakaat terakhir dan qunut dikumandangkan, tak sedikit jamaah yang berurai air mata mengamini setiap doa yang dipanjatkan sang Imam. Di saat itulah segala perasaan tumpah ruah. Sosok diri yang penuh noda kini berdiri dan berpijak di lantai sebuah tempat yang agung, memohon segala ampunan dan terkabulnya doa-doa pada bulan yang suci diantara semua bulan.

Ini belum sepuluh malam terakhir, di mana malam lailatul qadr dijanjikan turun di malam ganjil. Entah bagaimana riuh rendahnya isak tangis imam dan para jamaah dari seluruh pelosok Alharam mengiringi doa-doa yang sudah pasti penuh dengan segala permohonan kepada sang maha pemilik alam semesta. Ah, sayangnya kala itu saya harus pulang dan tidak bisa menikmati momentnya.

Air zam-zam santapan hari-hari tiap selesai taraweh
Baik di Mekah maupun di Madinah, hampir setiap malam saya bertaraweh di roof top, apalagi di Masjidil Haram. Beda saja rasanya berdiri di atas dan melihat ka'bah serta perputaran dari orang-orang yang sedang melakukan thawaf. Begitu dinamis dan berirama.

Setelah selesai sholat, sudah menjadi tradisi untuk meminum air zam-zam. Baru setelahnya jamaah bergerak keluar bersamaan menuju satu tempat yang sama, pintu keluar. Penuh, sesak dan himpit-himpitan layaknya sedang thawaf dan bisa memakan waktu setengah jam untuk mencapai pelataran Alharam. Dipastikan saya baru sampai di hotel yang berjarak kurang lebih 1km dari Alharam ini pukul 01:00 dini hari.

Jam 03:00 dini hari, saya harus bersiap kembali menuju Alharam untuk bersahur bersama dan ibadah malam serta shalat shubuh. Kurang tidur? Pasti bangat. Capek? Jangan ditanya. Ingin tidur lagi? Buangat-buangat. Jika tidak ingat kalau sedang di tanah haram, ingin rasanya saya meringkuk sampai kaki bisa lurus kembali.
Pernah satu malam saya terbangun persis saat azan shubuh berkumandang. Mungkin hari itu adalah puncak di mana badan saya meminta hak nya untuk beristirahat. Saya hanya memandang buah kurma sisa buka puasa yang tergeletak di meja dan bergumam "ya allah, bangunkan saya sebelum azan lima menit saja kek gitu, agar bisa sedikit mengisi perut buat bekal esok hari berpuasa dan berumroh".

taraweh di roof top Al Nabawi

taraweh di lantai bawah Al Nabawi
Jika sudah begitu, saya langsung berwudhu dan berlari menuju Alharam. Dan cilaka nya, tidak ada celah tersisa di dalam Alharam, ya jika beruntung bisa sholat di koridor ataupun pelataran, kalau sedang nahas, ya di jalan raya atau trotoar.

Setelah subuh, jika tidak sedang kelelahan, saya sempatkan untuk thawaf sunnah, ke hijr ismail, multajam dan mencoba mencium hajar aswad. Hijr Ismail dan Hajar Aswad kadang lebih mudah di capai di antara jam 6-7 pagi. Eh, ini hipotesa saya saja sebetulnya, karena jam berapapun sekeliling ka'bah tidak pernah sepi. Tapi dua kali dapat mencium Hajar Aswad dan berkali-kali dengan mudah masuk ke Hijr Ismail, ya di antara jam segitu. Mungkin itu hanya kebetulan saja. Setelah selesai, saya kembali ke hotel untuk mandi dan berihram kemudian ber umroh.

BERSAMBUNG
Malam terakhir sholat taraweh di Madinah terasa begitu kalut. Di satu sisi, saya begitu senang akhirnya saya akan kembali melihat Ka'bah, namun di sisi lain saya rasanya masih ingin berlama-lama menikmati kesyahduan Madinah dan Masjid Nabawi. 

Jika ditanya lebih suka Madinah atau Mekah?, saya akan menjawab Mekah seketika. Kota Madinah memang begitu memberikan ketenangan dan kedamaian tidak seperti Mekah yang semrawut. Segala bentuk ibadah bisa dilakukan baik di Madinah maupun di Mekah, namun ibadah thawaf dan sa'i? hanya bisa dilakukan di Mekah. Mekah menorehkan bekas yang begitu dalam di hati saya. Saya begitu rindu memeluk kiswah dan mengadukan segala kegundahan hati. Saya hanya bisa menangis sesenggukan di depan Ka'bah namun tidak di Nabawi. Mengapa demikian? tidakkah Nabiyullah menyentuh hati saya di Raudhah?. Entahlah, saya hanya bisa meneteskan air mata di Raudhah sambil berdoa namun tidak mampu meratap seperti disayat-sayat layaknya di depan Ka'bah.

Saat ibadah taraweh selesai, seperti biasa saya duduk-duduk dahulu sambil meluruskan kaki dan punggung. Seorang Arabian berasal dari Iraq yang bersebelahan dengan saya mengajak ngobrol. Sayang sekali dia sudah lebih dahulu ke Mekah, jika tidak, mungkin kami akan berjanji ke Mekah bersama-sama dengan teman nya yang lain. Kami berpisah sesaat setelah sesi photo-photo dan minum air zam-zam bersama selesai.

Pagi itu saya bergegas check out dari hotel untuk kemudian menuju Andalus Hotel tempat ketua travel agent yang membantu saya melakukan proses booking hotel di kawasan Ajyad Makkah Almukarramah. Tujuannya adalah menitipkan koper untuk kemudian dibawa serta dengan bus rombongan keesokan harinya. Adalah Ibu Fatma yang berbaik hati menawarkannya. Kasihan katanya jika harus naik bus saptco dengan menenteng-nenteng koper serta dalam keadaaan berihram. Yallah, Engkau kirimkan orang-orang yang begitu baik membantu dalam perjalanan ku kali ini, Amien.

Saya memilih naik bus umum Saptco menuju Makkah dibandingkan menerima tawaran menumpang bus jamaah Ibu Fatma, karena selain ingin benar-benar backpackingan, rasanya ada effort yang lebih dibandingkan hanya duduk manis di dalam bus travel. Meski harus mondar mandir kesana kemari, tanya sana sini, bingung tuing-tuing dan ujung-ujungnya berakhir dengan saling geleng kepala karena sama-sama tidak mengerti bahasa yang diucapkan, namun inilah memori yang tak akan terbayar dengan bepergian bersama travel agent.

Terminal Bus Saptco Madinah
Untuk menuju terminal bus saptco, dari kawasan hotel di sekitar Madjid Nabiyullah Al Nabawi, diperlukan taksi seharga 10-15 riyal (pandai-pandailah menawar). Sebetulnya jarak terminal bus saptco ini tidaklah terlalu jauh jika ingin berjalan kaki, namun kala itu saya takut kesorean tiba di Makkah, makanya untuk mempercepat langkah, saya memilih taksi. Selain itu saya sudah berihram dari hotel, jadi untuk alasan kepraktisan, saya bertaksi ria (ini rahasia ya *padahal malas jalan kaki karena puanasss, takut haus, kan lagi shaum*).

Jarak tempuh Madinah-Makkah sekitar 4-5jam perjalanan dengan harga tiket 60 riyal sekali jalan (one way). Namun jika bolak-balik (return trip) 110 riyal (dapat potongan 10 riyal). Bus akan berhenti di Bir Ali untuk mempersilahkan para penumpang mengambil miqot, mandi, sholat sunnah dan niat umroh. Namun pergunakan waktu sebaik-baiknya, jangan sampe kena semprot kondektur dan sopir bus karena waktu yang diberikan hanya selama 20 menit untuk kemudian melanjutkan perjalanan.

Rute Perjalanan Madinah-Makkah
 Sebetulnya bus tidak akan berangkat jika salah satu atau dua penumpang belum kembali, namun untuk alasan ketertiban dan penghormatan kepada yang ontime dan juga demi kelancaran perjalanan, JANGAN TELAT! (apalagi terlambatnya karena sibuk foto selfi pake tongsis). Kondektur akan menghitung jumlah penumpang bus dengan paripurna demi menjaga citra keteladanannya. Heh?..tapi memang benar, dihitung dan dipastikan semua penumpang sudah naik, baru kemudian bus melanjutkan perjalanan. Jangan lupa ya bertalbiyah selama di bus, jangan tidur!!.

Terminal bus Saptco di Madinah ini hanyalah sebuah bangunan kecil tak ada mirip-miripnya dengan terminal seperti di Jakarta (jangan bayangkan terminal bus kampung rambutan atau pulo gadung). Namun meskipun kecil, penjualan tiket di terminal ini hanya melalui loket resmi dan bebas calo. Begitu turun dari taksi (mobil elf tepat nya, agak butut pula..eh, maaf bukan ngatain, tapi saya menjunjung nilai kejujuran), sebetulnya saya sudah bersiap dengan kuda-kuda menghadapi kemungkinan akan serbuan para supir taksi berwajah belo, berhidung mancung namun penuh bulu (seperti yang pernah saya baca tentang kebrutalan para supir taksi di terminal bus saptco di Jeddah yang main tarik dan main bunuh, *loh kok sadis bohongnya?*). "Tentu saja yang main bunuh itu tidak benar", tapi kok sepi sekali rupanya terminal ini.

Mungkin dikarenakan jarum jam baru menunjukkan pukul 8:30an pagi hari (harap maklum, kebiasaan orang saudi selama puasa, mereka tidur seharian, bahkan hotel-hotel baru beroperasi pukul 10 pagi). Ah, ya sudah, saya nyelenong masuk ke dalam bangunan terminal menuju loket penjualan tiket.

Petugas penjual tiket akan meminta paspor untuk cetak tiket.
- Where are you come from?" tanya si tukang tiket
"Lah, itu kan di paspor ada tulisan negara nya ya, kenapa masih nanya!. Indenisiya, jawab saya dengan gaya english fasih.
- Owh, indunisi, jakarta? 
"Yeap, singkat ku.
- Masha Allah  lanjutnya
"Heh, kenapa?? heran ku.
- Saya dengar Jakarta bad traffic, sambil geleng-geleng kepala.
Dih, biasa aja kali gak usah drama, berlebihan dah ni orang!!. Kemudian dia memanggil nama teman saya dan langsung menghentikan kegiatan mengetik dan malah membaca doa. 

- Dia kenapa ya, tanya teman saya. "nama lu ada kata asmaul husna di dalamnya, makanya dia berdoa" singkat saya.
- Kamu dari Jakarta juga? tanya nya. 
' Oh bukan, saya dari Bogor, jawab teman saya. 
- Ah, buncak" seru nya lagi. 
Seketika kekaguman saya sirna akan kesolehan dia berdoa saat menyebut kata asmaul husna.
- Buncak apaan, heran teman saya. 
"Itu maksud nya "Puncak" jelas saya. 
Tenar ya Puncak di Arab? Tapi tidak usah diteruskan, pasti sudah tahu kelanjutan dari "puncak" ini. Sekian.

Setelah tiket di cetak, proses selanjutnya adalah boarding ke ruang tunggu menunggu panggilan menaiki bus. Saya mulai curiga, kok tidak ada boarding call, padahal jam keberangkatan di tiket sudah tiba. Saya nyelonong masuk menuju pintu keluar ke arah bus-bus di parkir, tapi di cegat petugas.
"Where is the bus to Makkah" saya berseru, si petugas malah meminta tiket. 
- Oh, Makkah jawabnya. 
Yassalam, kan gw tadi nanya nya Makkah, gak denger ya om??". Si petugas cm nunjuk keluar. "Which one the bus is?" The left or right one?. Lagi-lagi cuma nunjuk keluar. 
"Ya sudah lah ya, sak karep mu wae. Pas sampai di depan deretan bus, Eh, ternyata di depan salah satu bus ada tulisan " Makkah Almukarramah". Bah, banyak tanya kali aku ini.

Saya langsung berjalan menuju pintu masuk, dan ternyata pintunya tidak bisa di buka. Saya tarik-tarik handle nya, lah kok di dalam sepertinya ada orang. Tapi tunggu, kok ada yang ganjil! sepertinya ada orang di dalam duduk di belakang setir. Owalah..ternyata itu supir (terbiasa dengan posisi sopir di sebelah kanan soalnya). Om supir hanya mesem-mesem durjana. Ah, siyalan kau.

Hal penting : Jangan menunggu boarding call, jika sudah jam keberangkatan, langsung tanya kepada petugas, mana bus nya.

Bus akan berhenti di terminal bus saptco Makkah yang letaknya persis di depan Masjidil Haram bersebrangan dengan Dar Al Tauhid Hotel (di bawah jembatan layang). Tidak usah khawatir tersesat apalagi membuka peta, tidak diperlukan!, karena minaret-minaret Masjidil Haram sudah menyambut dengan gagah dan landmark kota Makkah "Zam-zam tower/Clock Tower" berdiri kokoh di depan mata begitu turun dari bus. Dari sini tinggal dilanjutkan ke hotel di mana menginap selama di Makkah atau langsung berumrah.

Terminal Bus Saptco, Makkah

Labbaik Allahumma Labbaik, Labbaikala Syarikala Kalabbaik, Innal hamda, Wannikmata, Laka wal Mulk, Laa Syarikalak. Bismillahirrahmanirrahim, Labbaikallahumma Umrotan.

-Makkah Almukarramah, 7 July 2014 (9 Ramadhan 1435)-

TERMINAL HAJI JEDDAH - MADINAH
Deretan bus jemputan jamaah di luar terminah haji-Jeddah
{photo taken from panoramio.com}
Setelah lega lepas dari buruan muhasasah arab (ceritanya di tulisan ini), tantangan selanjutnya adalah "berburu tumpangan". Yeap, saya akan menumpang dari  Hajj Terminal-Jeddah Airport ke Madinah. 

Terbersit keraguan sebetulnya akan niatan tersebut, namun saya sudah kepalang tanggung dan tak mungkin juga harus bertaksi ria menuju terminal bus saptco di Jeddah untuk kemudian ke Madinah. Satu alasan "MAHAL". (kisaran biaya transport bisa di lihat di sini).

Saya menghampiri seorang mas-mas yang sedang duduk yang saya tebak dia adalah seorang Indonesian.
- Mas, dari Indonesia ya?...Iya, jawabnya...bus ini ke Madinah bukan? tembak saya
- Iya, mas, kenapa nih? pungkas nya
- Gini, mas...masih ada kursi kosong gak ya? jika boleh, saya mau nebeng mas sampai Madinah
- Masih ada sih mas, tapi kayaknya cuma satu, mas nya dari travel mana? gak di jemput?...celoteh mas Indo.
- Kebetulan saya ini berdua temen ceritanya umroh mandiri mas, jadi backpackeran aja, tapi kalo cuma ada satu kursi kosong, sepertinya gak bisa numpang ya
- Sebentar mas ya, saya tanyain dulu, mungkin masih ada kursi kosong

Si mas indo tersebut kemudian bertelpon ria haha hihi sementara saya harap-harap cemas menunggu keputusannya. Sesaat kemudian
- Maaf bangat nih ji (panggilan singkat buat haji), kursinya cuma tinggal satu, tapi tunggu sebentar, saya tanyakan ke temen saya dulu.

Kemudian dia memanggil temennya yang kebetulan datang menghampiri.
- Ini, ada jamaah yang mau numpang, di ente masih ada kursi kosong gak? kasian nih mereka, si mas indo langsung nyerocos.
- Kayaknya masih ada, tapi kursi depan yang samping supir itu, nah mau gak dia kalo duduk di kursi itu jawab temennya mas Indo

Saya yang kebetulan mendengar percakapan mereka kemudian berjabat tangan. Dan setelah basa basi menyampaikan niat untuk menumpang, saya langsung menjawab tidak masalah jika harus duduk di kursi samping pak supir. Si mas indo langsung memotong obrolan karena mungkin dia sadar karena saya berdua teman saya dan sementara kursi di masing-masing bus cuma tinggal satu.

- Ji, mau gak kalau pisah? jadi yang satu ikut saya, yang satu lagi ikut dia? jelas si mas indo
- Wah, kalau begitu adanya, sepertinya gak bisa nih mas. Soalnya kalau terpisah, kami tidak bisa berkomunikasi setelah sampai di Madinah, mengingat HP saya masih no.indo dan lagipula saya tidak tahu ini masing-masing tujuannya ke mana, kalau hotelnya berdekatan sih gak masalah, nah kalau berjauhan? repot nanti kami saling mencari. Jika boleh, tidak apa-apa lah saya duduk di bawah, yang penting sampai ke Madinah, saya berseloroh antara jurus memelas dan mengiba
- Wah, ji, jangan lah..perjalanan jauh, 500 km loh, lagipula saya gak enak lah ji kalau sampai duduk di bawah. Coba tunggu sebentar lagi, mungkin ada jemputan jamaah lainnya yang masih kosong. Tapi ingat ji, cari yang supir nya orang Indonesia aja ya, jangan yang Arab, soalnya mereka kadang suka minta duit, pesan mas indo.

Saya berpamitan dengan mas indo dan temannya, mencari supir bus lainnya. Namun sejauh mata memandang, tidak ada penampakan supir yang mirip Indonesian. Saya mulai kecil hati karena jamaah yang keluar pun sudah mulai sedikit. Mungkin karena masing-masing sudah beranjak menuju Madinah sejak tadi.

Saya mondar mandir melihat-lihat bus, namun kebanyakan bus masih kosong, mungkin sedang menunggu pesawat berikutnya. Dalam kebingungan, saya melihat ada rombongan berbatik yang bergerak menuju bus. Saya langsung menghampiri bapak-bapak yang sedang memasukkan koper-koper ke dalam bagasi bus.
- Assalamalaikum Pak. Ini bus ke Madinah ya pak?
- Oh, Iya jawab si bapak
- Ketua rombongannya mana pak? Tanya saya
- Itu tuh, yang pake peci hitam, tunjuk nya

Kemudian saya menghampiri bapak peci hitam dan langsung mengutarakan niat saya untuk menumpang ke Madinah. Besar harapan saya karena sesama orang Indonesia, bapak itu mau bermurah hati menampung saya dan teman saya. Besar harapan itu memang terwujud karena masih ada kursi kosong dan lebih dari dua, namun kecil harapan karena si bapak itu tidak bersedia menampung saya. dikarenakan tidak berani menjamin saya. Takut terjadi apa-apa, tidak mau bertanggung jawab atas keberadaan saya, tidak enak dengan jamaah lainnya dan segala alasan lain.

Tadinya saya mau tetap berusaha keukeuh meminta tumpangan, namun teman saya langsung mencegah karena tidak baik jika memaksa, sudahlah cari bus yang lain saja pintanya. Gak lama setelah itu, ada lagi rombongan berbatik yang terkesan sedang terburu-buru menuju sebuah mini bus. Nah, mainkan! saya langsung berlari mengikuti mereka.

Setelah bertanya tujuan mereka dan apakah masih ada kursi kosong. Akhirnya dengan satu kata bagai seteguk air di padang pasir si ibu ketua rombongan bilang
- Masih kosong tapi mas nya duduk paling belakang saja ya, biar gak ketauan kalo ada pemeriksaan di ujung bandara

Sang ketua rombongan mengizinkan saya untuk menumpang sampai Madinah. Alhamdulillah, rejeki anak sholeh, meskipun saya harus sedikit ngumpet bersama tumpukan koper-koper meski hanya sekitar 8-10 orang jamaah. Mini bus berjalan perlahan keluar meninggalkan terminal haji dan si ibu ketua rombongan mulai memberikan sambutan ucapan selamat datang di Tanah Suci.

Blah....blah....blah....lala....lili.....lolo.....hoho....dan kemudian membimbing jamaah nya membaca doa-doa. Saya masih tertegun setengah tidak percaya bahwa saya akan mendapatkan tumpangan semudah ini. Tadinya saya berpikir bahwa akan menunggu sampai ada pesawat berikutnya yang mendarat untuk berusaha mendapatkan tumpangan.

Di tengah perjalanan, setelah ternyata tidak ada pemeriksaan, saya di minta pindah duduk ke kursi kosong lainnya dan kemudian terlibat percakapan serius, setengah serius, tampak serius sampai tidak serius. Si ibu ketua bercerita panjang kali lebar kali banyak mengenai travel nya sampai akhirnya saya mulai terkantuk-kantuk dan beliau pun mengantuk juga. Kami tertidur berjamaah terlelap dalam alam bawah sadar masing-masing.

Dalam masa nyawa setengah kumpul, sayup-sayup mata saya mengenali area yang sedang dilewati. Pohon-pohon kurma mulai terlihat dari sudut jendela minibus seolah melambai menyambut dan mengucapkan selamat datang di Tanah Nabi.

Hey, ini kan Madinah? saya ingat deretan pohon kurma itu, pasti sebentar lagi ada Bir Ali di sebelah kanan, iya.....ini Madinah, ah, sudah sampai......bisik hati saya berbunga-bunga.

Minibus terus melaju memasuki kota Madinah, si ibu ketua mulai kembali ber lala lili dan membimbing jamaah membaca doa memasuki kota Madinah. Minaret-minaret Masjid Nabawi mulai terlihat di antara barisan gedung-gedung hotel. Minibus sampai di depan hotel si ibu ketua dan jamaah nya tepat sesaat sebelum azan magrib berkumandang. Kami pun lantas bergabung dengan para pedagang arab di depan hotel yang sedang berbuka puasa bersama. Ah, Kurma nya nikmat sekali..air dingin menyelusup membasahi kerongkongan yang sejak dari jam 3 dini hari waktu Malaysia sudah berpuasa. Ini lah puasa terlama yang saya jalani sepanjang sejarah.

Si ibu ketua keukeuh meminta saya makan dulu di hotelnya, namun saya tolak karena harus segera menuju hotel dan bersiap untuk ikut taraweh berjamaah di Masjid Nabiyullah Alaihissalam Al Nabawi. Saya berpamitan sesat setelah bertukar nomor telp dan mengiyakan pesan dari si ibu ketua, jika ingin ikut berjiarah di Medinah, datang saja ke Hotel nya (meskipun esok dan beberapa hari kemudian saat kami berusaha untuk menumpang ke Mekkah, telp dan sms itu tidak di jawab.#haish)...oiya, akhirnya saya bertemu lagi dengan rombongan ini di sebuah hotel di Mekkah, bahkan pernah sama-sama menuju Alharam untuk taraweh bersama, namun di tengah jalan kami terpencar.

Malam pertama itu, saya akhirnya terpaksa melepaskan sholat taraweh berjamaah di Masjid Nabawi karena tersesat selama hampir 2-3 jam berputar-putar mencari hotel. Agoda memberikan map direction yang totally useless!!. Map yang saya donlot dari Agoda pada kenyataanya adalah sebuah Tanah kosong di samping al Baqi (pemakaman umum di samping Masjid Nabawi). Meskipun banyak di bantu oleh para Arab Madinah, namun tetap saja hotel yang saya tuju tidak dapat ditemukan. Dan malah tersesat tambah jauh, tanpa peta yang benar, tanpa alamat jalan, tanpa koneksi internet, tanpa pulsa. I am totally lost in the middle of nowhere.

Saking sudah buntu nya otak, saya cegat seorang anak muda Arab yang sepertinya akan taraweh ke Nabawi dan meminta bantuan seorang arab yang lewat meski dia tidak bisa sama sekali berbicara bahasa inggris. Saya memintanya untuk membuka google maps dan mencari di mana letak Elaf Al Bustan Hotel. Hasilnya? NIHIL!. Kami sama-sama kesulitan mencerna bahasa masing-masing.

Sudah lebih dari 5 orang saya tanya dan tidak ada satupun yang memberikan arah yang benar, semakin bertanya, semakin gak karuan. Ada yang nunjuk ke kanan, ke kiri,  ke samping, ke belakang. Untung saja tidak ada yang menunjuk ke atas atau ke bawah, jika iya, saya mungkin pingsan di tempat.

Saya berkomunikasi dengan sang mofa dan arah yang dia berikan benar-benar seratus delapan puluh derajat dari informasi para Arabians. Arrggh...saya benar-benar mengutuk kebodohan ini, bagaimana saya bisa lalai dengan peta, tapi dalam peta dari Agoda dan google map, saya tahu persis di mana letak hotel itu berada namun pada kenyataannya? kok tanah dan sekumpulan gedung-gedung kosong.

Roda koper mungkin sudah seperti film kartun banyak bintang-bintang berkeliling saking pusingnya di gerek ke sana ke mari. Hingga pada akhirnya, dalam kondisi antara putus asa dan hampir menyerah, saya bertemu dengan seorang arab namun bermuka mixed agak-agak asia timur dan berbahasa inggris sangat baik. Dengan satu arahan saja, Elaf Al Bustan Hotel berdiri tegak di depan mata dan seolah berkata :

- "Nyasar nih?" (lihat peta di bawah, di mana letak hotel yang saya yakini itu Elaf Al Bustan/skr ditulis Closed, dengan yang ada tulisan Elaf Al Bustan di kotak kuning hasil arahan sang arab asia timur).
Elaf Al Bustan Hotel, dimanakah kau berada!!!!!!!
Waktu menunjukkan hampir pukul 10 malam lebih dan energi saya benar-benar lowbat. Braak, langsung charging dan nyalain HP kemudian konek ke wifi.

- Loh? kok?. Ya kan eksis dikit ngabarin orang rumah dan update sosmed.

BERSAMBUNG LAGI......

JAKARTA-KUALA LUMPUR-JAKARTA (by Air Asia)

Ruang Imigrasi Terminal Haji -Jeddah
{photo taken from pinoyambisyoso.com)
Berangkat dari Jakarta selepas buka puasa, kemudian landing di Kuala Lumpur untuk dini hari berikutnya melanjutkan penerbangan menuju Jeddah.

Masa penantian di bandara KLIA 2 benar-benar mebuat resah dan gelisah. Meskipun bandara ini jauh lebih baik dibandingkan LCCT, namun saya tak tenang karena di Jeddah nanti perjuangan melewati imigrasi dan para muhasasah untuk bisa lepas keluar bandara. Gegap gempita nya Piala Dunia tak juga membuat urat-urat saya mengendur. Gelisah dan gundah praktis membuat saya terjaga semalam suntuk sementara teman saya sudah terlelap dibuai mimpi.

Setelah mendekati pukul 3 dini hari waktu Malaysia, saya membuka bungkusan bekel sahur yang saya bawa dari rumah. Cih..benyek bener rasanya ini nasi dan rendang...ckckckck. Sahur dengan rasa galau seperti ini benar-benar membuat rasa makanan jadi hambar.

Mulailah para jamaah berdatangan karena pintu boarding pun telah dibuka. Semua berseragam sesuai travel masing-masing, sementara saya dan teman saya berjaket ria dan menggendong backpack. Kami mulai menebar pandangan mencoba mencari mangsa yang dapat ditunggangi setelah tiba di Jeddah nanti. Tidak ada satupun yang perduli, mungkin karena pakaian kami tak mencerminkan orang yang akan berumrah.

Daripada rencana gagal, akhirnya kami berbalik arah mencari toilet. Bukan kebelet pipis apalagi bongkar muatan, tapi kami berganti baju semuslim mungkin dan tak lupa sorban belang merah (sorban yasser arafat) saya sematkan. Bah..tak pantas kalipun rupa saya bersorban.

Hingga boarding to the aircraft dikumandangkan, kami belum juga berhasil memuluskan langkah untuk mengekor travel setelah tiba di Jeddah nanti. Hanya sebatas obrolan-obrolan semu belaka dan belum berani meminta secara langsung untuk ikut rombongan agar dapat mulus melewati muhasasah arab di Jeddah. Ya sudahlah, nanti saja sok akrab dengan sebelah kanan kiri di pesawat. Namun harapan tinggal harapan, di atas pesawat saya malah bersebelahan dengan seorang traveler bukan jamaah umroh. Bismillah saja lah...there's will be and just let it be.

TERMINAL HAJI JEDDAH
Penantian melewati pintu imigrasi membuat perut saya mules. Saya sudah tidak ada niat lagi flirting sana sini mencoba mendekati jamaah lain. Sudah mantap untuk meloloskan diri dari sergapan para muhasasah arab dengan jalan dan cara sendiri. Kebetulan pihak mofa yang menjamin visa saya, menyarankan jika tak berhasil menyelinap di antara para jamaah, hindarilah area tempat sholat ber karpet merah di terminal haji.

Cara menghindarinya, setelah berhasil keluar imigrasi dan ambil bagasi, berusahalah antri melewati metal detector menuju pintu keluar berbarengan dengan rombongan lain, dan begitu berhasil langsung ambil arah kiri dari pintu keluar. Hal ini dikarenakan biasanya rombongan jamaah akan berjalan ke arah kanan/lurus dari pintu keluar menuju bus jemputan dan cara ini akan melewati area tempat sholat berkarpet merah.
Dengan hati berdegup bagai ditepuk gendang dangdut, saya berusaha se tenang mungkin berjalan mencari jalan lain menuju deretan bus-bus jamaah. Jika tidak salah, saya berjalan ke arah platform 15, kemudian berjalan menyusuri koridor dan di ujung koridor belok kanan menuju deretan bus-bus yang sedang di parkir. Dan "binggo", mission completed. Lega sekali rasanya mimpi buruk itu berlalu begitu saja, tanpa cacat dan cela.

Sebetulnya saya berencana akan sholat dhuhur di bus saja nanti sehingga tidak harus ke tempat sholat ber karpet merah itu. Namun entah kenapa hati saya bilang untuk sholat dulu saja, toh keadaan sekarang sudah aman dari muhasasah. Setelah selesai sholat, saya terduduk menunggu teman yang bergiliran menjaga tas dan koper. Rasanya saya ingin lari ngibrit setelah melihat beberapa jamaah di ciduk oleh muhasasah-muhasasah arab yang dengan random menginterogasi dan membawanya ke sudut-sudut tempat duduk kosong.

Entah apa yang terjadi, yang jelas dari intipan mata saya, muhasasah arab yang terbilang masih muda itu meminta paspor dan mulai bertanya ini itu dan kemudian berdebat kecil dengan jamaah hasil tangkapannya. (Demi Tuhan dan Rosulnya, saya tidak berani menatap, takut muhasasah itu menangkap kegelisahan saya dan bisa jadi malah berikutnya giliran saya yang kena ciduk)

Si muhasasah kemudian menelpon, berdebat lala lili di telpon sambil memainkan tangannya hiyah hiyah. Saya ketar-ketir dan sangat ingin segera berlari menyelinap kemana saja asalkan tidak duduk melihat si muhasasah itu, namun apadaya, saya hanya bisa menunduk duduk menunggu teman saya yang begitu lama sholatnya. Dalam hati hanya berbisik kesel "ini anak sholatnya 21 rakaat apa ya? lama amattt! genting ini keadaan!!, duh. Sumpah mati badan saya panas dingin.

Saya berusaha tenang dan mulai beraksi memijit-mijit keypad handphone layaknya orang akan menelpon, namun bingung mau nelpon siapa dan handphone nya juga mati setelah lowbat sejak tadi. Beneran kala itu saya sudah mules pengen segera kabur, setiap melihat arab yang berjubah, hati saya langsung serr seperti kena desingan peluru. Kalau sampai kena random, sia-sia sudah berjuang hingga aman sampai diluar.

Sementara itu muhasasah arab lainnya sedang berusaha memindai para jamaah yang lewat untuk diinterogasi. Saya melihat seorang ibu-ibu arab yang sedang selonjoran duduk di bawah dan kebetulan daritadi tampak memperhatikan saya. Teeenggg, langsung pasang ide untuk mengobrol agar signal kegelisahan saya tak terdeteksi para muhasasah.

Saya langsung senyum tiga jari kepada si ibu begitu melihat salah seorang muhasasah memutar badannya ke arah saya duduk. Membuka obrolan dengan ya ummi, how are you?. Padahal itu ibu itu sama sekali gak ngerti apa yang saya tanyakan, ah bodo..yang penting senyam-senyum biar terkesan kami sedang akrab membicarakan sesuatu.

Tak berapa lama teman saya terlihat berjalan menghampiri, dengan sigap saya langsung pasang kuda-kuda ngibrit.

- Ayok cepetan jalan, ada muhasasah mondar mandir dari tadi dan interogasi orang-orang.

Dikasih tau begitu, bukannya buru-buru...Eh, dia malah mengobrol sama si ibu itu, setelah dia sadar kalau saya sedang terlibat perbincangan palsu. Aduh Tuhan......

Setelah dirasa cukup berbasa-basi, saya langsung berpamitan kepada si ibu yang dari hasil ngobrol rusak berasal dari Cairo, Mesir. Saya langsung ber jalan cepat ala-ala sa'i safa-marwah dan bersiap melanjutkan misi selanjutnya, Menumpang Bus.

Cara mengenali Muhasasah
1. Biasanya mereka ber jubah arab dan berjanggut tapi tidak panjang ala imam masjid al haram
2. Biasanya bergerak aktif mondar mandir sambil memainkan handphone
3. Ruang gerak mereka disekitar tempat sholat berkarpet merah, jadi pastikan untuk tidak berlama-lama di sana
4. Postur tubuhnya tidak tambun namun ramping dan rata-rata umur nya masih muda
5. Siapkan nomor handphone muhasasah kita (mofa penjamin visa yang biasanya berdomisili di Saudi), jika buruk-buruknya tertangkap oleh si muhasasah arab ini, dan biarkan si muhasasah bernegosiasi dengan si mofa.
6. Jangan lupa siapkan uang riyal (minimal 30 riyal) untuk salam tempel

BERSAMBUNG----


 "Son, bisa gak uang visa berikut DP (down payment) Land Arrangement nya di transfer sekarang?", begitulah bunyi pesan singkat via whatsapp yang dikirimkan oleh teman yang kebetulan membantu mengurus visa umroh.

Antara percaya dan tidak membaca pesan itu, namun sekaligus gusar karena saya berencana full mandiri tidak menggunakan Land Arrangement.

Land Arrangement merupakan paket berupa transportasi dan akomodasi dari si penjamin yang menerbitkan visa yang biasanya memang sudah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Mengurus visa umroh itu gampang-gampang susah. Di bilang gampang, ya gampang bangat. Karena jika pihak penerbit dan penjamin visa (mofa) sudah setuju dan bersedia menjadi agent buat kita, maka proses selanjutnya tinggal tempel visa di paspor. Di bilang susah, ya memang ngeribetin. Karena banyak sekali tetek-bengek analisa yang harus dilakukan oleh pihak mofa. 

Mofa atau travel agent penerbit visa akan sangat bertanggungjawab atas visa yang diterbitkan melalui dia oleh Kedutaan Besar Saudi Arabia. Karena jika terjadi penyelewengan yang dilakukan oleh jamaah yang visa nya diterbitkan via mofa tersebut, maka segala akibatnya akan di tanggung si mofa dan paling buruknya adalah denda sebesar SAR 50.000 serta pencabutan izin usaha travel umroh mofa tersebut. Ini mimpi buruk!

Pihak mofa akan sangat memberikan perhatian lebih pada tiket pulang pergi kita, terutama jika tiket kita adalah connecting flight/transit di satu negara sebelum mendarat di Saudi Arabia. Sebagai jamaah bebas dan tidak terikat dengan program si mofa selama di Saudi Arabia, maka wajar menurut saya jika mereka akan memeriksa lebih dalam segala persyaratan pembuatan visa umroh. Sebagai contoh kekhawatiran sang mofa adalah jamaah menyalahgunakan visa umroh untuk bekerja di Saudi ataupun tinggal lebih lama melebihi batas waktu izin tinggal.

Siyalnya tiket saya adalah connecting flight dari Jakarta di Kuala Lumpur, maka praktislah tadinya si mofa tidak berani menerbitkan visa umroh untuk saya. Mereka tidak berani menjamin apakah saya akan kembali lagi ke Indonesia sesuai tenggang waktu yang tertera di tiket dan bisa saja menjadi TKI di Saudi.

- Kami belum mengenal siapa Anda, dan meskipun saat ini Anda bilang bahwa tidak akan overstayed apalagi menjadi TKI, namun apakah setelah di sana di mana Anda di luar pengawasan kami, semua itu bisa dipertanggungjawabkan?. Apalagi Anda pergi saat Ramdhan, kami khawatir Anda akan tinggal lebih lama sampai musim haji tiba. Risiko yang akan kami tanggung jika Anda menyalahgunakan visa umroh itu jauh lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang kami dapatkan.

Begitulah kira-kira alasan pihak mofa tidak berani membantu mengurus visa umroh untuk saya. Aduh, sungguh rasanya saya sudah kehilangan semangat untuk ber ibadah umroh menerima kenyataan ternyata ribet juga ya berencana umroh mandiri tanpa travel. Ini baru urusan Visa, belum urusan yang lainnya dan selama di Saudi nanti.

Rata-rata orang Indonesia memang terbiasa mengambil paket umroh dari travel agent, di mana semua sudah diurus, tinggal bayar dan berangkat. Tapi buat saya, pergi umroh dengan menggunakan travel agent segala sesuatu nya terbatas hanya mengikuti aturan main yang sudah mereka buat. Jujur, saya paling malas pergi traveling dengan grouping dan segala protokoler hari ini kesini dan jam segini kesitu. Belum lagi hal-hal diluar batas kemampuan sang leader saat di lapangan nanti, seperti nunggu jamaah lainnya kumpul lah, ada yang hilang lah, nunggu yang masih makan lah, mandi lah, duh..those are not me at all!!. I like to do what i want to do, not depends on any other people. I own all of my desires. Egois ya?

Setelah bernegosiasi kesana kemari, kanan kiri senggol-senggolan, akhirnya sang mofa bersedia membantu mengurus visa umroh saya dengan catatan ada surat refferensi kerja dari kantor dan juga menjaminkan ijazah asli. Namun di tengah asa yang sedikit bersinar, saya harus kembali mengelus dada. Pihak mofa memberikan angka yang cukup fantastis karena Land Arrangement included. La ilaha illallah, saya tidak memerlukan Land Arrangement karena saya mengatur sendiri perjalanan saya, yang saya butuhkan hanya visa, titik!.

Awalnya segala bentuk negosiasi saya ditolak, dan kemudian muncul lagi angka yang semakin membuat saya merinding disco. Jaminan USD 1.000 sebagai persetujuan tidak mengambil Land Arrangement. Busyet, ampun bener ini, darimana uang sebanyak itu. sementara budget in total selama di Saudi saja tidak sebanyak itu dan tanggal keberangkatan tinggal satu minggu lagi. Demi tuhan saya lebih baik mundur dan tidak jadi minta bantuan pengurusan visa dan batal pergi umrah jika harus seperti ini, kesal saya kepada teman yang menjadi jembatan dengan pihak mofa.

Visa sudah siap dan tinggal tempel di paspor kabar teman saya, namun kesepakatan tentang Land Arrangement belum juga selesai. Sudahlah, visa dan tiket yang sudah di tangan sejak setahun itu akan saya laminating dan dijadikan hiasan tempelan kulkas saja. Impian menunaikan ibadah puasa di tanah suci yang sudah saya pendam sejak dulu sepertinya akan tetap jadi sebuah pengharapan belaka. Tuhan belum kembali memanggil saya untuk bersimpuh di depan rumah Nya yang agung.

Ditengah kepasrahan, kok rasanya saya seperti menyerah begitu saja melepaskan sebuah kesempatan yang sudah saya pendam sejak dulu. Mungkin ini adalah ujian dari Tuhan. Saya kembali memutar-mutar uang recehan ditabungan, tetap tidak cukup untuk membayar USD 1.000. Apa perlu saya menyalakan lilin dan meminta seorang kenalan untuk meniupnya apabila nyala api bergerak-gerak? buntu..gelap mata gelap hati.

Sebuah kalimat dari Ibu Kartini yang begitu melegenda "habis gelap terbitlah terang" mungkin cukup menggambarkan sebuah keadaan saya kala itu. Pihak mofa akhirnya menyetujui permohonan saya untuk memakai fasilitas hotel dari mereka sesuai budget yang saya inginkan selama di Mekah saja dan tidak membayar jaminan USD 1.000. Antara senang dan tidak senang, karena sejujurnya hasrat saya untuk tetap berangkat sudah pudar.

Malam hari sebelum esok sore harinya saya berangkat, paspor yang sudah ditempeli visa umroh baru bisa saya ambil. Bener gak ya ini panggilan, kok saya tidak merasa mantap apalagi bergembira hati sambil senyam senyum setelah semua nya siap. Saya biasanya sangat gelisah apabila akan pergi ke suatu tempat yang baru pertama kali didatangi, tapi Saudi Arabia? ini untuk kedua kalinya, namun kenapa saya begitu tidak yakin akan survive. Saya ragu, saya takut!

Bepergian tanpa pembimbing (tour travel) di tanah para Nabi tidak akan pernah sama dengan traveling pada umumnya. Saya boleh saja tersasar di negeri orang namun di Saudi Arabia? tentu saya tidak mau.Tanah itu punya berkah tersendiri bagi setiap orang yang menginjaknya. Ah, apapun yang akan terjadi di sana, saya ikhlas dan kalaupun harus mati, tentu saya belum siap keluh hati kecil saya.

Jangan takabur di tanah suci, jangan takabur!. Istigfar jika sesuatu terjadi diluar keinginan mu, ingat selalu akan Tuhan. Kalimat dari ibu saya itu mengiringi keberangkatan saya di puasa hari ketiga. Labbaik Allahumma Labbaik, aku datang memenuhi undangan Mu ya Allah. Bismillah

Hal-hal yang bisa saya sharing dalam hal mengurus visa umroh mandiri :
- Segala persyaratan umum, seperti paspor yang masih berlaku minimal 6 bulan sebelum keberangkatan dengan nama tiga suku kata, kartu kuning, pas foto (khusus buat visa umroh) dan print out tiket pulang-pergi.
- Pas Foto khusus umroh biasanya ukuran 4x6 dengan porsi tampak muka kurang lebih 70% atau jika bingung, tinggal bilang saja pada saat cetak foto, untuk keperluan visa umroh.
- Memilih agent visa (mofa). Nah ini yang perlu perjuangan, karena tidak semua mofa berani mengambil resiko menerbitkan visa umroh untuk kalangan yang ingin melakukan umroh mandiri. Untuk info mofa yang saya gunakan, bisa menghubungi saya via blog ini.
- Bernegosiasi di awal dengan pihak mofa sebelum mengajukan visa umroh, apakah berikut Land Arrangement atau Visa Only. Hal ini penting, karena jika tidak jelas di awal, mofa biasa nya akan berasumsi bahwa kita akan menggunakan full service berikut Land Arrangement. Dengan demikian, ini bukan lagi umroh mandiri, tapi sama hal nya umroh dengan menggunakan travel agent 
- Jika pihak mofa tidak bersedia bertanggungjawab apabila kita hanya menginginkan Visa Only,  lakukan pendekatan personal dan cari jalan tengah, misalkan mengambil paket hotel yang mereka tawarkan di Madinah saja atau di Mekah saja. Atau minta bantuan pihak mofa untuk mencarikan hotel sesuai dengan anggaran kita. Dengan begitu, pihak mofa dapat mengontrol selama kita di Saudi serta yakin bahwa mereka tidak kehilangan jejak kita serta apa yang mereka jamin dengan menerbitkan visa umroh, dapat mereka pertanggungjawabkan secara legal.

Hal-hal yang bisa saya sharing dalam hal selama menjalan umroh mandiri
 

- Agent Visa Umroh/Mofa
   - Mbak Elly : 08159680084/081297800333

- Transportasi selama di Saudi Arabia :
   - Jeddah Airport - Terminal Bus Saptco Jeddah hanya bisa dengan taksi, ongkos sekitar SAR 100
   - Terminal Bus Saptco Jeddah - Terminal Bus Saptco Mekkah dengan bus, ongkos sekitar SAR 60
   - Terminal Bus Saptco Mekkah - Terminal Bus Saptco Jeddah dengan bus, ongkos sekitar SAR 60
   - Terminal Bus Saptco Jeddah - Terminal Bus Saptco Madinah dengan bus, ongkos sekitar SAR 60
   - Terminal Bus Saptco Madinah - Terminal Bus Saptco Mekkah dengan bus Saptco, ongkos sekitar SAR 60
   - Taxi dari Mekkah ke Jeddah Airport, ongkos sekitar SAR 150-180
   - Bus Saptco dari depan Alharam menuju Tani'em (Miqat untuk umroh), ongkos sekitar SAR 2 sekali jalan
   - Sewa taksi untuk city tour sekitar SAR 200, namun saya tidak mencoba ini, karena di Madinah, saya dapat omprengan taksi gabung dengan yang lain untuk ziarah ke Jabal Ohod-Mesjid Khandak-Mesjid Kiblatain-Mesjid Quba, ongkos nya SAR 10

- Biaya makan selama di Saudi Arabia (catatan : bukan makan di Mall)
  - Shawarma (sejenis kebab gulung), sekitar SAR 5-8
  - 1 botol besar juice, sekitar SAR 12
  - 1 botol kecil juice, sekitar SAR 5
  - Nasi Briyani berikut sepotong ayam (jangan khawatir, ini porsi nya besar), sekitar SAR 12
  - Broast (Ayam Goreng isi 2-3 potong berikut roti, porsi besar), sekitar SAR 12
  - Air Mineral, sekitar SAR 3-5, namun isi ulang saja dengan air zam-zam, agar lebih berkah
  - Buah-buahan (sekeranjang), sekitar SAR 5-10
  - Kurma (kurma yang setengah matang banyak dijual di jalanan), sekitar SAR 10-15 sekitar 1kg
  - Aneka makanan lainnya, sekitar SAR 10-15
kantin-kantin makan di sekitaran Al haram-Mekkah
kantin makan di sekitaran Masjid Nabawi-Madinah
 - Biaya penginapan selama di Saudi Arabia
  - Hotel di Madinah setara bintang 3, rate sekitar SAR 150-200/malam,  bisa untuk 2 orang.
   Letak Hotel-hotel di Madinah lebih enak dibandingkan di Mekah, karena tersebar mengelilingi Masjid Nabawi dan jaraknya tidak terlalu jauh. 
  - Hotel di Mekah setara bintang 3, rate sekitar SAR 200-300/malam, bisa untuk 2-3 orang. Saya lebih prefer di Area Ajyad karena jaraknya tidak terlalu jauh dari Alharam dan tidak terlalu kumuh
Kawasan Ajyad, Alharam dan sekitarnya
WASSALAM
 
TAMBAHAN :
berhubung ada banyak pertanyaan mengenai itinerary dan rincian biaya, berikut saya lampirkan perincian nya
 
CATATAN : rincian biaya yang tertera di buat lagi per 23 September 2015 (asumsi), mengingat sudah setahun yang lalu pergi nya, jadi lupa berapa persis biaya-biaya yang dikeluarkan, terutama untuk hotel di Mekkah, biaya Visa Umroh, makan dan juga exchange rate nya.
 
- Visa Umrah Ramadhan begitu mahal karena harganya 3-4x lipat daripada visa umroh reguler
- Hotel di Mekkah menggunakan hotel dari pihak Mofa dan rate nya mahal sekali dikarenakan pada musim ramadhan tarif hotel bisa naik 2x lipat
 
 
ITINERARY UMRAH RAMADHAN 1436H
DATEDESCRIPTION BUDGET 
 IDR  SAR 
DAY 102 JULY 2014JAKARTA -KUALA LUMPUR BY AIR ASIA (PP)
      5.634.110
                       -
STAY OVERNIGHT IN KLIA                      -                        -
DAY 203 JULY 2014KUALA LUMPUR - JEDDAH                      -                        -
JEDDAH - MADINAH (NUMPANG BUS JEMAAH INDO LAIN)                      -                     20
CHECK IN HOTEL DI MADINAH (4 NIGHTS)      1.256.746                        -
TARAWEH MALAM PERTAMA DI NABAWI                      -                        -
MAKAN MALAM (SNACK)                      -                     10
DAY 304 JULY 2014MADINAH                      -                        -
ZIARAH KE MAKAM BAQI                      -                        -
TARAWEH MALAM KEDUA DI NABAWI                      -                        -
MAKAN MALAM (SNACK)                      -                       8
DAY 405 JULY 2014MADINAH                      -                        -
NGETENG TOUR                       -                     10
(JABAL UHUD, MASJID KHANDAK, MASJID KIBLATAIN, MASJID QUBA)                      -                        -
TARAWEH MALAM KETIGA DI NABAWI                      -                        -
MAKAN MALAM (SNACK)                      -                     10
DAY 506 JULY 2014MADINAH                      -                        -
TARAWEH MALAM KE EMPAT DI NABAWI                      -                        -
MAKAN MALAM (SNACK)                      -                     12
DAY 607 JULY 2014MADINAH - MEKKAH                      -                        -
TAKSI KE TERMINAL BUS SAPTCO MADINAH                      -                       6
BUS SAPTCO KE MEKKAH                      -                     60
CHECK IN HOTEL DI MADINAH (AJYAD AREA) - 8 NIGHTS      5.500.000                        -
BUS SAPTCO KE TAN'IEM (PP)                      -                       4
UMRAH PERTAMA                      -                        -
MAKAN MALAM (SNACK)                      -                     10
DAY 708 JULY 2014MEKKAH                      -                        -
BUS SAPTCO KE TAN'IEM (PP)                      -                       4
UMRAH KE DUA                      -                        -
TARAWEH DI MASJIDIL HARAM                      -                        -
MAKAN MALAM (SNACK)                      -                     12
DAY 809 JULY 2014MEKKAH                      -                        -
BUS SAPTCO KE TAN'IEM (PP)                      -                       4
UMRAH KE TIGA                      -                        -
TARAWEH DI MASJIDIL HARAM                      -                        -
MAKAN MALAM (SNACK)                      -                     20
DAY 910 JULY 2014MEKKAH                      -                        -
BUS SAPTCO KE TAN'IEM (PP)                      -                       4
UMRAH KE EMPAT                      -                        -
TARAWEH DI MASJIDIL HARAM                      -                        -
MAKAN MALAM (SNACK)                      -                     15
DAY 1011 JULY 2014MEKKAH                      -                        -
BUS SAPTCO KE TAN'IEM (PP)                      -                       4
UMRAH KE LIMA                      -                        -
TARAWEH DI MASJIDIL HARAM                      -                        -
MAKAN MALAM (SNACK)                      -                     10
DAY 1112 JULY 2014MEKKAH                      -                        -
BUS SAPTCO KE TAN'IEM (PP)                      -                       4
UMRAH KE ENAM                      -                        -
TARAWEH DI MASJIDIL HARAM                      -                        -
MAKAN MALAM (SNACK)                      -                     18
DAY 1213 JULY 2014MEKKAH                      -                        -
BUS SAPTCO KE TAN'IEM (PP)                      -                       4
UMRAH KE TUJUH                      -                        -
TARAWEH DI MASJIDIL HARAM                      -                        -
MAKAN MALAM (SNACK)                      -                     12
DAY 1314 JULY 2014MEKKAH                      -                        -
BUS SAPTCO KE TAN'IEM (PP)                      -                       4
UMRAH KE DELAPAN                      -                        -
TARAWEH DI MASJIDIL HARAM                      -                        -
MAKAN MALAM (SNACK)                      -                     10
DAY 1415 JULY 2014JEDDAH - KUALA LUMPUR                      -                        -
THAWAF WADA                      -                        -
TAKSI KE JEDDAH                      -                   105
JEDDAH - KUALA LUMPUR BY AIR ASIA                      -                        -
DAY 1516 JULY 2014KUALA LUMPUR - JAKARTA
DONE
   12.390.856                   380
RATE                      1               4.000
VISA UMRAH RAMADHAN      3.500.000
   15.890.856       1.520.000